Di Tengah Kangen
Aku sakit lagi. Ini untuk ketiga kalinya aku sakit setelah sore itu di teras hatiku. Air mata tak tertumpahkan lewat mata lagi. Hati pun ikut larut. Aku sakit lagi. Kuulang lagi. Untuk ketiga kalinya. Ah…ini seperti klimaks. Jika tiga kali terjadi ini adalah tanda, bahwa dunia tak berpihak pada keinginanku, tapi pada hatiku. Aku bertanya pada Tama petang itu. “Tama adakah salahku padamu?”. Tama diam saja menanggapi pertanyaanku. Aku pikir, diam adalah tanggapan Tama yang terindah. Daripada dia bicara, tapi aku tak mengerti apa maksudnya. Petang itu, aku lewati dengan Tama. Bicara dengan mesra di tengah teras hatiku. Di temani cahaya temaran malam yang syahdu. Disekeliling kami, ada orang-orang yang kusayang memperhatikan aku yang berceloteh ria. Aku tidak pernah bercerita seceria ini. Aku pikir, menggunakan sepatu merah lebih indah daripada sepatu putih manis yang kubeli di salah satu toko elite di Palembang kemarin. Ah, waktu nalarku telah hilang. Aku ceria namun aku memikir