Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2010

Surat Kesebelas

Gambar
Aku seringkali memimpikan manusia-manusia feminis disekelilingku. Manusia yang memandang bahwa kesetaraan adalah jalan hidup yang sesungguhnya. Memandang kekerasan, ketidakadilan, penindasan, hagemoni sebagai suatu hal yang tidak manusiawi. Manusia yang melakukan sesuatu hal dengan mata, hati dan tindakan. Berarti manusia yang menyadari, melihat, mengalami adanya penindasan, hagemoni, diskriminasi yang terjadi pada perempuan, mempertanyakannya, menggugat dan mengambil aksi untuk mengubah kondisi tersebut, seperti ungkapan Arimbi Heroepoetri dan Valentina mengenai definisi feminisme. Ini suatu hal yang sulit, jarang sekali terjadi. Kadang aku bingung, dimana dapat aku temukan Manusia yang melakukan itu. Sehingga aku kadang kali menghindar dengan hal-hal seperti ini. kadangkala itu menyiksaku dengan sangat. Mengumpat satu perempuan dengan perempuan lain. Mendewakan laki-laki sebagai hal yang membuat kehidupan menjadi berwarna. Aku sering lupa bahwa aku ataupun beberapa laki-laki dih

Semenanjung Senja

Gambar
‘Langit kadang tak mau menurunkan hujan, tapi selalu ada hujan lain yang tak berasal dari langit ’ Begitulah, tanpa layak kau di dera (Dee). Tak ada yang akan kita obati bersama. Tak ada luka disini. Tak ada kehilangan disini. Suara-suara telah kita habiskan bersama. Hanya bisu yang mengantarkan kita pada semenanjung senja kala itu. Untuk sebuah rasa yang datang pada akhir. Dan juga harus pergi pada saat yang sama. Mencoba merasai bersama, tak ingin satupun menyembunyikan suara-suara senja. Ini kejujuran. Satu rasa yang berbeda. Dan kita belajar tak berdusta. Berdua tak menghabiskan rasa. Tak berdua juga begitu. Sama saja. Setitik rasa senja kala itu tiba-tiba hadir, karena kau selalu hadir dalam proses yang begitu panjang. Jika ada tempat semenanjung senja, disitulah aku pernah mencoba menunggumu pulang. Ataupun menunggu kalimat-kalimat singkatmu kala aku terbangun. Kau juga pasti begitu. Ada rasa lain, tapi itu bukan kepastian. Ada semenanjung senja bersama tapi itu tak pernah