Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2010

Surat Keempat

(Laki-Laki Biasa Saja) Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku Menanti seorang yang biasa saja (Dee) Sumpah aku ingin laki-laki biasa saja. Demi Tuhan aku aku ingin laki-laki biasa saja. Menemaniku duduk menulis, menemaniku menghapus luka. Menemaniku menjadi diriku. Hanya aku cintamu. Dan jika malam tiba kau menjaga tidur lelapku.  Kau pernah bertanya, mengapa perempuan menginginkan kemapanan dan memasukkan kriteria kemapanan dalam mencari pasangan hidup. Itu biasa saja. Tak ada yang berlebihan, jika kemapanan dipandang dari sudut lainnya, ekonomi. Tapi aku tak tau bagaimana cara menjawab pertanyaanmu. Karena itu begitu rumit dan berbeda-beda. Setiap kemapanan butuh cara pandang masing-masing. Jika kau tanya padaku, apakah aku butuh kemapanan. Ya aku butuh kau mapan dalam memandang sesuatu. Sudah aku bilang, demi Tuhan aku ingin laki-laki biasa saja. Aku tak tau bagaimana mengungkapkan perasaanku. Tapi demi Tuhan, aku butuh keyakinan lebih. Tak tau bagaimana caranya u

Surat Ketiga

Sakit. Setiap kali aku sakit, perasaan yang menghampiri adalah perasaan yang tak menentu. Beberapa tahun ini aku sering merasakan tubuhku bergejolak. Aku tak terlalu peduli terhadap tubuhku. Tubuh yang semakin ringkih ini Seringkali meronta meminta aku untuk berhenti mengistirahatkannya sejenak. Bukankah kita hanya hidup didunia satu kali. untuk itu, aku ingin apa yang mampu kulakukan akan kulakukan. Tapi ini bukan berawal dari ini saja. Kau selalu tak berhenti memintaku untuk menjaga kesehatanku. Ya, dan akan kulakukan. Kalimat itu yang selalu aku jejalkan masuk ke telinga dan pikiranku. Tapi luka kecil dulu tak pernah pudar. Bukan maksudku untuk merepotkanmu. Luka ini teramat dalam. Aku membutuhkanmu untuk menaklukkan itu terus. Aku tau, hingga saat ini kau mengagumi seluruh apa yang aku punya. Kau pernah mencium rambut pirangku dengan seksama. Mencintai kakiku yang jenjang, ataupun ruas tubuhku yang mungil. Sesekali kau memuji bentuk rahangku, yang membuat aku menjadi begitu mol