Mengenai Kata ‘Maaf’
Suatu sore, empat belas tahun silam Ketika itu aku hanya berdua saja dengan saudaraku. Aku sering kesal tingkah lakuknya yang diluar batas. Kala itu, dia menggangguku dengan menarik-narik rambutku. Dengan sekuat tenaga aku membalas memukulnya menggunakan ganggang sapu. Hingga dia menangis menjerit. Itu tak sengaja kulakukan. Dan dia hanya diam saja sambil menangis menjerit. Ingin kupeluk dia kala itu, ingin kukatakan kala itu kata ‘maaf’ yang sangat dalam dan kujeritkan bahwa aku menyesal. Tapi dia hanya mampu mengunci kamarnya dan diam kepadaku. Aku hanya kebingungan dan menyesali yang terjadi. Tak terucap kalimat maaf sedikitpun kala itu, hingga dia dewasa saat ini. Mungkin saja kala itu kami masih anak-anak. Hanyalah bocah, yang tidak akan mengingat kejadian itu. Tapi tidak denganku. Seumur hidupku, aku sering menyesali kejadian itu. Saat itulah titik ketika aku gagal menjadi seorang saudara. Ketika aku tak mampu mengatakan ‘maaf’ untuk hal yang kulakukan dengan sadar dan menyakit