Surat Kesepuluh




Dalam kelaparan, kita akan tau bagaimana menghargai setiap bulir keringat yang diperah untuk hidup kita. Banyak cara untuk menghargai. Manusia-manusia ceremonial adalah manusia wacana. 

Kelaparan bukan hanya menusuk perut kita. Jantung serasa berhenti berdenyut. Darah tak mau lagi mengalir. Mata kadang melotot keluar. Amarah memuncak. Menjadi pencuri, menjadi perampok menjadi manusia mesin. Hingga korupsi, kolusi, nepotisme berawal dari sini. Bukan bermaksud menyederhanakan. Begitulah adanya.

Dalam kelaparan yang sangat menghantui, pikiran menjadi sangat rumit. Tak tau mengadapi pola hidup yang bagaimana. Tak dapat dimengerti hidup itu seperti apa. Semua tertarik meruntuhkan bangunan kokoh kekuatan dalam hati. Hanya mereka yang mampu kuat. Hingga mampu melahirkan sebuan karya lain, dalam kelaparan. Semangat seakan bukan sebuah santapan siang yang lezat. Kelaparan hanya titik kepiluan, bukan akhir dari suatu zaman. Dan merubah pola semangat menjadi pola keanehan, bukanlah suatu akhir penyelesaian masalah.

Kadang kita tak tau, bagaimana kelaparan menembus rongga-rongga kehidupan. Saat kelaparan datang dalam diri kita sendiri, kepanikan tak akan pernah muncul dalam satu episode. Ini telah dilewati para pendahulu kita, berabad-abad lalu untuk kita dapat mengguncang dunia.

---

Beri aku seribu orang tua, maka akar semeru akan aku cabut. Beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncang dunia. (Soekarno)

Hanya sepuluh saja kata Soekarno untuk membuat dunia berguncang. Ya, dan dia buktikan. Seluruh elemen dalam hidupnya dibuktikan untuk mengguncang dunia. Bukan hanya sahabat, kerabat yang mengguncang dunia, keluarganya juga menjadi sosok lain untuk mengguncang dunia. Jahitan pertama Fatmawati, Bapak Koperasi Hatta, atau diplomat tangguh Adam Malik dan masih banyak sederet sepuluh-sepuluh pemuda lainnya.

Ya. Soekarno yang kokoh. Yang menghargai setiap tetes guncangan-guncangan dunia.

Tapi dimaknai hanya simbol belaka.

---

Antara Mitos, Monoisme serta Redefinisi

Semua tak ingin diduakan. Semangat satu (monoisme) hanya menjadi tabiat permukaan, tanpa makna yang lebih sesungguhnya. Semangat monoisme, menjadi semangat disinteragrasi terhadap ranah privat. Pelanggaran-pelanggaran dari semangat satu selalu diabaikan. Tujuannya agar tidak memecah belah. Namun, kenyataannya memecah belah. Semangat monoisme hanya dimaknai satu untuk keseragaman. Lalu seringkali lupa, bahwa kita menantang alam.



Kelukaan-kelukaan dalam mitos monoisme menjadi sangat latent. Hanya ada satu kesepakatan lima agama, ditambah satu konghucu, yang lain adalah agama syirik. padahal masyarakatnya hidup dalam ranah-ranah agama dahulu. Keyakinana terhadap nilai-nilai leluhur, dianggap sebagai sesuatu yang salah. Benar, Tuhan hanya satu, mungkin saja caranya yang lain.

Akhirnya keyakinan menjadi ranah publik. Keyakinan digadaikan untuk sistem yang dinamakan identitas agama. Menjadi strata sosial dalam masyarakat. Diseragamkan agar tak timbul perpecahan. Hingga definisi lain hadir. Redefinisi mengenai satu melahirkan stigma terhadap ruang privat lainnya. Membunuh, menghakimi, membakar, memukul dijadikan alat legal untuk menseragamkan.

Penggunaan kalimat ‘satu’ tidak hanya akan menimbulkan redefinisi satu saja. Semangat monoisme tidak dapat dibatasi akhirnya dengan definisi kepentingan golongan tertentu. Satu bukan berarti hanya satu. Satu bukan berarti melanggar penentuan pilihan-pilihan, yang kedua, yang ketiga ataupun yang kesebelas. Pilihan-pilihan yang tidak boleh dibatasi. Karena semangat satu bangsa, bukan berarti ditentukan pilihan seperti angket tertutup dalam jawaban sebuah kuisioner. Ini seringkali telupakan.

Mendefinisikan hanya melalui satu makna saja pada akhirnya melanggengkan budaya koersif. Tulisan ini terkesan kacau, kelaparan dalam semangat satu menimbulkan redefinisi mitos lainnya. Semua mencampur menjadi satu dalam kepala ini. Saat ini hanya ini yang mampu kutulis. Sudah lama terpendam. Akan aneh jika aku tiba-tiba mendefinisikan agamaku sebagai agama lain, tanpa aku memulai mengatakannya. Mungkin saja secuil, tapi aku baru saja memulai.

Sumpah pemuda 2010





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persiapan SIMAK UI untuk Magister/Pascasarjana

Pertunjukan Perempuan-Perempuan Chairil