Surat Ketiga

Sakit. Setiap kali aku sakit, perasaan yang menghampiri adalah perasaan yang tak menentu. Beberapa tahun ini aku sering merasakan tubuhku bergejolak. Aku tak terlalu peduli terhadap tubuhku. Tubuh yang semakin ringkih ini Seringkali meronta meminta aku untuk berhenti mengistirahatkannya sejenak. Bukankah kita hanya hidup didunia satu kali. untuk itu, aku ingin apa yang mampu kulakukan akan kulakukan. Tapi ini bukan berawal dari ini saja.

Kau selalu tak berhenti memintaku untuk menjaga kesehatanku. Ya, dan akan kulakukan. Kalimat itu yang selalu aku jejalkan masuk ke telinga dan pikiranku. Tapi luka kecil dulu tak pernah pudar. Bukan maksudku untuk merepotkanmu. Luka ini teramat dalam. Aku membutuhkanmu untuk menaklukkan itu terus.

Aku tau, hingga saat ini kau mengagumi seluruh apa yang aku punya. Kau pernah mencium rambut pirangku dengan seksama. Mencintai kakiku yang jenjang, ataupun ruas tubuhku yang mungil. Sesekali kau memuji bentuk rahangku, yang membuat aku menjadi begitu molek. Ataupun hidungku yang mungil menghiasi sendi-sendi tulang pipiku. Kuku-kuku ku yang memanjang, kemerahan seperti dipulas pewarna. Punggung coklatku, perut buncitku ataupun dada bidangku yang membuat aku semakin indah. Bersinar seperti cahaya. Semua itu aku punya. Dan aku juga mencintai itu. Tubuhku.

Tubuhku, adalah ciptaan terindah yang hingga saat ini aku menyukainya dengan seksama. Aku Seringkali menghiasinya dengan beragam balutan mutiara. Namun, kepolosannya, kecoklatannya hingga kepirangganya adalah bentuk utuh terindah yang aku miliki. Setiap ruas tubuh dan aroma yang ada adalah kenikmatan tertinggi atas kesempurnaan ciptaanNya.

Seringkali aku merasakan orgasme menikmati setiap tuas-tuas yang diciptakan dari hari ke hari oleh tubuhku. Aku menikmati setiap gelak tawa, raut sedih ataupun kebingungan yang muncul dari tubuhku. Ini semua milikku. Utuh. Aku tak ingin membaginya denganmu. Dan aku tau, kau memuji untuk itu.

---

23 tahun usiaku bulan depan. Kita akan merayakan penambahan usia bersama. Seperti tahun kemarin, mungkin tak akan ada pesta untuk kita. Namun, aku tau didalam hati kita ada pesta yang sangat indah. Karena kita pernah berjanji akan menggantungkan hidup bersama jika prosesi lamaran sudah lengkap aku terima. Dan kita mengimpikan sebuah pesta bertepatan dengan tanggal lahir kita. Semua berurutan bertepatan tanggal lahir kita.

Pertama kali mengenalmu, aku mengenalmu lewat tanggal lahir kita. Aku berfikir minimal aku mengetahui dasar mengenaimu. Tapi ini sungguh berbeda. Kita sangat berbeda. Sangat jauh berbeda. Bukan hanya perbedaan sifat, tapi perbedaan perspektif, lingkungan dan prilaku. Semua perbedaan itu membuat aku tak tau, apakah aku akan mampu hidup bersamamu.

Waktu pertama kau duduk di sudut kamarku, aku bingung sekali apa yang harus kulakukan menghadapi dinginnya sikapmu. Tapi aku menyukai kacamata yang tak pernah kau anggap ada. Kacamata yang kuanggap milikmu waktu pertama kali kita bertemu. Tapi tak pernah kau akui hingga saat ini. Dan aku mencuri pandang padamu waktu itu. Aku yakin kau juga begitu.
Kita berkenalan dengan sangat singkat. Bahkan dengan sangat lucu.

Saat ini aku tau, cinta bukan pada setengah hati tetapi seluruh hatiku.

---

Saat ini aku yakin bahwa tubuhku adalah tubuhku. Bahwa dia juga seringkali berbicara denganku. Bahkan sesekali marah denganku. Seperti aku ungkapkan sebelumnya, bahwa aku mengaguminya dengan sangat. Aku tak tau bagaimana menceritaknnya. Namun, bias-bias cahaya cadas dulu menjala dan menjaring dalam tubuhku dan membuat aku ketakutan. Aku tak pernah berbicara pada siapapun. Diam seringkali menyiksaku. Tapi aku tak ada pilihan.

Pujianmu atas tubuhku hanya secuil dari yang aku miliki. Aku memiliki apa yang diinginkan makhluk yang tak aku tau mengapa memuji itu dengan sangat. Tubuh mulus, mungil, jenjang, dan berisi. Dipoles dengan keindahan wajah yang memikat serta menjuntai rambut pirang yang jatuh. Itu semua dimilikiku sedari kecil.

Keindahan itu bukan berarti keindahan untuk seluruh dunia. Kecadasan dunia tak menginginkan apapun menjadi begitu menawan. Mereka melawan ciptaanNya. Serta mengukuhkan diri menjadi deru ombak yang mengancam pasir. Padahal dia juga mempunyai deru gulungan darah dalam nadinya. Aku hampir lunglai ditarik deru gulungan darah. Hingga aku pernah membawa kerikil hidup dalam tubuhku. Saat itu aku tak tau. Benar-benar tak tau. Kecadasan itu membuat aku tak yakin, bahwa aku sebegitu menawan. Deru ombak anoreksia menarikku kembali.

Restu sosial, mitos, dan pengatasnamaan agama yang melakukan itu. Keindahanku dan keindahan banyak perempuan diluar sana dicemari dengan itu, sehingga melahirkan generasi yang terkukung oleh miliknya sendiri. Padahal secara jelas Tuhan tak pernah membedakan kita secuilpun secara lahiriah.

Aku mencari dan aku menemukannya disini, di hati yang paling terdalam. Saat aku terdampar lemah di sebuah kamar VIP. Kau dengan tulus menampung kemarahan perutku dan menciumi semua keindahan tuas tubuhku. Saat aku benar-benar tak memiliki keindahan yang berarti, kau datang dan meyakinkan aku bahwa tubuh ini benar-benar milikku. Milikku.

Aku tersadar. Bahwa melukai bukanlah keindahan. Sendi-sendi keindahan ini sesungguhnya milikku. Utuh. Tuas tertinggi dalam kenikmatan tertinggi atas kesempurnaan ciptaanNya. Ini milikku, seutuhnya. Tak ada yang boleh mengambilnya selain yang memilikinya. Tidak juga dia ataupun kau. Ini tubuhku dan hanya aku yang menguasainya. Dan aku mampu berkata tidak jika aku tak menginginkannya.

Tapi kau harus tau mengapa itu menjadi milikku. Ketubuhanku bukan alasan untuk kau perlakukan dengan tidak manusiawi. Tubuhku dan tubuhmu hanya seoonggok biologis yang diciptakan bukan untuk dipersalahkan. Tidak juga dilarang atas nama agama dan pemikiran subjektif kita.

Jangan kau larang aku menggunakan tubuhku. Tapi kau boleh larang aku melukainya.

Pluto, 1 September 2010

Komentar

Anonim mengatakan…
Pertamaxxxxx... :)

hemmmmmmmmh...sakat menikmati setiap alur cerita... :)

Nice post sayang :)
Angger Wiji Rahayu mengatakan…
hehhe. makasih henyku sayang.. jadi pengikut ya.. aku jadiin pengikutmu juga. wah diriku tak tahu dirim ber blog ria juga...

kangen sangat..
Is-Hal MFR mengatakan…
Hey..Hey... ada yang submit Surat surat tak terkirim lagi nih... hehehe

Postingan populer dari blog ini

Persiapan SIMAK UI untuk Magister/Pascasarjana

Pertunjukan Perempuan-Perempuan Chairil