Surat Keempat

(Laki-Laki Biasa Saja)

Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja (Dee)

Sumpah aku ingin laki-laki biasa saja. Demi Tuhan aku aku ingin laki-laki biasa saja. Menemaniku duduk menulis, menemaniku menghapus luka. Menemaniku menjadi diriku. Hanya aku cintamu. Dan jika malam tiba kau menjaga tidur lelapku. 

Kau pernah bertanya, mengapa perempuan menginginkan kemapanan dan memasukkan kriteria kemapanan dalam mencari pasangan hidup. Itu biasa saja. Tak ada yang berlebihan, jika kemapanan dipandang dari sudut lainnya, ekonomi. Tapi aku tak tau bagaimana cara menjawab pertanyaanmu. Karena itu begitu rumit dan berbeda-beda. Setiap kemapanan butuh cara pandang masing-masing. Jika kau tanya padaku, apakah aku butuh kemapanan. Ya aku butuh kau mapan dalam memandang sesuatu. Sudah aku bilang, demi Tuhan aku ingin laki-laki biasa saja.

Aku tak tau bagaimana mengungkapkan perasaanku. Tapi demi Tuhan, aku butuh keyakinan lebih. Tak tau bagaimana caranya untuk menyakinkanku kau laki-laki biasa saja. Ini sangat nyata, aku ingin laki-laki biasa saja. 

Laki-laki yang menjadi ayahku, temanku, sahabatku, dan pasangan hidupku. Menjadi laki-laki yang mampu mengakui suatu hal apa adanya. Menjadi laki-laki yang mampu menenangkanku ketika kepanikanku datang, ketika ketakutan menghampiriku.Tak perlu menjadi seseorang yang hebat. Ataupun menjadi seseorang yang mempunyai tahta. Demi Tuhan laki-laki biasa saja yang cukup bertanggungjawab dengan pilihannya, tetap mencintaiku ketika tubuhku renta, tetap memanggilku ‘sayang’ hingga kapanpun, dimanapun. Serta tak pernah menduakanku. Sedetikpun.  

---

Pertama kali, aku sangat takut ketika masuk kerumahmu. Masuk ke lingkunganmu. Aku perempuan biasa saja. Hanya punya ketulusan hati dan kelapangan jiwa. Hanya berharap biasa saja, kau mencintaiku dengan sepenuh hati. Dan tak pernah berharap lebih, karena aku yakin jodoh adalah suatu hal paling menakjubkan yang Tuhan punya. Jodoh merubah segala hal. Merubah aku dan kamu untuk berkata kita, namun tetap menjadi pribadi yang utuh, apa adanya. 

Detik demi detik, menit demi menit, hari demi hari bergumul menjadi tahunan, waktu kita mengenal tidak pernah cukup untuk tau siapa kau dan aku. Aku tak pernah rela mengatakan iya untuk setiap persetujuan mengenai hidupku ataupun hidupmu. Aku butuh sedikit pengertian lebih, bahwa semua ini tak mudah. Aku butuh keyakinan lebih, kau laki-laki biasa saja. Belum cukup waktuku untuk melupakan bahwa aku pernah terluka dengan laki-laki tidak biasa saja. 

Serasa aku meminjam hatiku untuk melihatmu. Bukan melihat dengan mataku yang tak pernah berbohong, tetapi dengan mata hati yang selalu berkata jujur. Jika kau membaca surat ini, kau boleh meminjam hatiku dan membaca hatiku, agar kau tau ini sungguhan. Agar kau tau, sungguh aku ingin laki-laki biasa saja.  

---

Demi Tuhan, aku ingin laki-laki biasa saja. Hanya itu syaratku. Dan ketika pagi datang ataupun gelap datang, kita akan menyetuh kaki Tuhan berdua. Cukup kau dan aku (walaupun aku tau, bukan hanya kau dan aku saja yang akan hadir, mungkin anak kembar yang kita rencanakan ataupun iblis yang ikut mengintip). Ataupun beberapa peliharaan yang sebenarnya ingin kulepas di alam bebas mengintip kita. Kita akan berbagi makanan, berbagi alas jerami, berbagi cerita, berbagi semuanya hingga kita menemukan rumah impian dan renta berdua.

Semua cerita ini seolah-olah tak bermakna. Hanya buaian. Tapi ini sungguhan. Laki-laki tak biasa saja seringkali seolah-olah membawa hayalan, padahal dia hanya mampu melukai. Dan melirik tubuh lain dibelakangku, seolah-olah aku yang bersalah. Atapun hanya mampu melempar batu sembunyi kaki. Aku pernah bersimpuh di Kaki Langit, mungkin begini isi perutku waktu itu :

“Wahai sang pemilik kaki langit, kau menjanjikan kami berpasang-pasangan. Tapi bolehkah aku menghilangkan ketakutanku akan wajah pasanganku. Bagaimana dia akan menyentuh hatiku, jika gambarnya saja aku takutkan. Aku belum tau apakah dia laki-laki atau perempuan. Kau hanya menjanjikanku berpasang-pasangan. Sejauh yang aku tau, gambar laki-laki selalu menawan dan kokoh. Sesuai gambaran penis yang melekat dalam setiap tubuh laki-laki. Berdiri, dan mampu melindungi. Tapi seringkali kehilangan ruhnya sebagai laki-laki ketika dia selalu menggunakan secuil alat Annisa sebagai senjatanya. Aku ingin sekali hidup dengan laki-laki biasa saja, yang tak pernah menggunakan hanya secuil alat Annisa. Namun mampu mengisi kantong-kantong kosongku mengenai kesejatian dalam semua ruh kekuasaannya”

Pemilik kaki langit menjawab, “Ramalanku telah lengkap. Dan jangan kau coba-coba seolah-olah menggantikan posisi Aisyah ataupun Muhammad. Mereka manusia pilihan”

Aku tersentak. Sungguh, cukup laki-laki biasa saja. 


Untuk cita-citaku tentang gambaran laki-laki, 17 September 2010

Komentar

esperanza mengatakan…
pas mantap,semoga sosok itu nyata n lanjutkan terus suratnya,.,.
sevsakans mengatakan…
Sungguh, betapapun tertulis bahwa Angger cukup menginginkan lelaki biasa saja, aku tetap berdoa supaya Angger mendapatkan lelaki yang lebih dari sekedar biasa..t
Angger Wiji Rahayu mengatakan…
bang ben : iya bang.. doain ya bang :)

Sari : Cukup laki-laki biasa saja sari... yg mengerti,. makasih ya doanya
kata-kata yang sederhana tapi mengguncang jiwa yang pembaca . . dan akupun juga ingin laki-laki biasa . . karena islam mengajarkan . . mencintai apapun harus biasa . . ^_^ terus berkarya
Angger Wiji Rahayu mengatakan…
renny : Makasih say.. terus berkarya juga ya.. :)
iya, laki-laki biasa saja ya..

Postingan populer dari blog ini

Persiapan SIMAK UI untuk Magister/Pascasarjana

Pertunjukan Perempuan-Perempuan Chairil